Mengatasi Kejenuhan Menerjemahkan

Pekerjaan paling menarik sekalipun memiliki sisi menjemukan akibat berbagai faktor. Berikut kiat sederhana yang saya terapkan untuk mengatasinya, sebab kalau bosan dan kurang semangat, akan berpengaruh pada hasil terjemahan dan pembaca bisa merasakannya.

  1. Berhenti menghitung jumlah halaman. Hindari untuk sementara bertanya pada diri sendiri, « Sudah berapa halaman, ya? » Biarkan mengalir dan nikmati cerita/isi bukunya.
  2. Bila jadwal atau tenggat yang tertera di whiteboard (seperti saya) membuat stres, hapus. Andalkan daya ingat saja. Jika sering menandai kalender untuk itu, jauhkan dari meja. Misalnya dihalangi dengan kamus atau benda lain yang cukup besar.
  3. Hindari bekerja di kamar. Bahkan diusahakan benda-benda yang ada kaitannya dengan pekerjaan dan bisa mengingatkan pada tenggat berada di sana. Kamar adalah tempat istirahat, sangat disarankan tidur tanpa membawa beban pikiran.
  4. Biasanya narasi membuat saya jemu dan berat hati ketika meneruskan kerja. Saat hendak jeda, untuk jam berikutnya atau keesokan hari, sebisa mungkin saya berhenti di halaman yang diawali dialog supaya lebih mudah melanjutkannya.
  5. Menggunakan font yang disukai agar tampilan lebih menarik untuk diri sendiri. Inilah keuntungan terjemahan yang dihitung dengan sistem karakter, bukan halaman. Saya bukan penyuka Times New Roman, maka saya ganti Verdana atau Trebuchet. Kadang-kadang saya gunakan Expanded Font juga, supaya mata tidak lelah.
  6. Kadang-kadang, saya ubah ukuran untuk ketenangan psikologis. Misalnya font 9, tapi di-zoom 200%. Jumlah halaman otomatis berkurang, walaupun sebenarnya sama saja karena tiap halaman berisi baris yang lebih banyak dan spasinya tidak berubah.
  7. Jika yang di atas ini tidak efektif, saya mengganti jadi spasi ganda. Font ukuran normal, tapi halaman-halaman yang ‘pendek’ karena tidak mengandung banyak baris menciptakan relaksasi tersendiri. Rasanya cepat selesai.
  8. Pecah terjemahan menjadi per bab. Ini efektif untuk menghindari otak menghitung-hitung berapa halaman seperti poin nomor satu.
  9. Bayangkan bukunya sudah terbit dan reaksi pembaca yang menunggu-nunggu, walaupun belum pasti buku tersebut dilansir dalam waktu dekat.
  10. Perlakukan seperti buku karya sendiri, ibarat anak kandung.
  11. Semangati diri dengan kabar (atau bincang-bincang) penerjemah lain yang sudah menyelesaikan pekerjaan atau karya terbarunya sudah terbit.
  12. Yang paling dekat: bayangkan senyum lega editor. Klien puas, order berikutnya dijamin deras.
  13. Ganti warna latar Word. Biasanya saya pakai warna hijau, biar mata adem:)

19 commentaires sur “Mengatasi Kejenuhan Menerjemahkan

  1. Jeng… teks-nya diganti putih dong. Dasarnya kan abu tua, kalo teksnya abu muda sulit bacanya hehehe…

      1. Sementara di-bold begini dulu ya, Mbak, sudah kebaca kan?
        Aku belum mudeng otak-atik themes, nanti konsultasi sama desainernya dulu. Makasih:)

  2. No. 1 – bisa
    No. 2 – memang ga pernah ditandai
    No. 3 – Ini susah, hehehehe
    No. 4 – kalo ga nerjemahin narasi ntar malah ga tau ceritanya 😦
    No. 5 – udaah
    No. 6 – tetep 100% karena fontnya udah digedein :))
    No. 7 – nggak pernah
    No. 8 – nggak pernah juga malah ngeri liat filenya banyak :))
    No. 9 – baru satu yang terbit, jadi masih susah ngebayanginnya 😀
    No. 10 – errr ga ngerti gimana caranya *plak*
    No. 11 – pengen tapi suka takut ganggu, kan penerjemah lain juga pada sibuk
    No. 12 – susah ngebayanginnya, yang ada bayangin editor pegang pulpen merah

    *komen apa sih ini* =))

    1. Zai, no. 4 itu kan bukan berarti narasinya tidak diterjemahkan, tapi diusahakan waktu berhenti, pas dialog. Itu sih gayaku, nggak wajib setuju kok:)

  3. Zai:
    No 11: penerjemah lain pada sibuk fb-an sama YM-an :p
    No 12: saya ga pernah pegang pulpen merah, biasanya sih milih ijo atau biru 🙂 Kalau lewat digital baru merah wkwkwk

    1. Jam YM-nya Zaizai tidak lazim, Mbak, hahaha…
      Hayoo, Zai, selesaikan puisinya, Mbak Esti ini khatam sastra lho *nakut-nakutin*

  4. Makasih tips-nya, mbak 🙂 Aku sekarang juga lagi di tengah-tengah fase jenuh, nih.. (mudah2an editor-nya gak baca komen ini hehe..) Kebetulan sebelum nemu posting mbak ini, sebagian sudah aku terapkan juga scr insting, tapi ini membantu sekali.

  5. 13. Merancang hadiah untuk diri sendiri setelah satu proyek selesai. « Setelah proyek ini selesai aku mau pergi ke JCo dan duduk di sana sambil menikmati satu gelas Choco Forest », misalnya.
    14. Main game.
    15. Nonton film atau baca buku yang nuansanya dekat dengan proyek yang sedang dikerjakan. Berguna untuk membangun suasana juga.
    16. Curhat ma orang 😛

    Tips nomor 4 bisa dicoba, nih. Aku juga suka bete ketemu narasi. Xixixi.

    1. No. 13 setuju, tapi reward-ku adalah tidur, kalau makan ‘aneh-aneh’ selama kerjaan belum kelar takut mendadak maag kumat:D

      No. 14 aku nggak suka game, kecuali Shinchan yang disuntik bokongnya itu buat pelampiasan stres:))

      Ada tambahan lagi sebenarnya, dengar lagu-lagu rock kesayanganku, hihihi

  6. point nomer 5 sama ama aku
    yang lain gak. 😀

    biasanya kalo jenuh, aku baca buku. atau ga ber[s]gosip[/s]bincang ama zaizai =))

    1. Hehehe…kalau sudah suntuk banget aku baca buku juga, tapi yang lucu dan ringan, sebisa mungkin membuat otak santai:)

Répondre à admin rinurbad.com Annuler la réponse.